Minggu, 13 September 2009

Ramadhan yang Khas

kawan,, Ramadhan bulan suci katamu
kau meniru ucapan Nabi atau kau tlah
merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu..??
tapi, bukankah kau masih selalu menunda-nunda
menyingkirkan kedengkian, keserakahan, ujub,
riya, takabbur dan sampah-sampah lainnya yang
masih mampat di comberan hatimu?

Tidak terasa Ramadhan kan segera meninggalkan kita. Tersisa waktu sepekan untuk kita mengisinya dengan amalan-amalan yang mengharap ridhoNya. Telah banyak "program-program ramadhan" yang telah kita lewati. Mulai dari program perorangan kita hingga kalangan industri yang tlah jauh-jauh hari mempersiapkan diri dalam menyambutnya. Selama kurang lebih 23 hari nuansa ramadhan kita rasakan. Mulai dari spanduk-spanduk yg bejubel di mana-mana yang bertuliskan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa", taraweh-an, buka puasa bareng ma keluarga, teman-teman, atau bahkan dengan kekasih pujaan hati.

Berbagai fenomena khas kemudian tlah banyak kita jumpai dalam kurun waktu beberapa pekan belakangan ini. Singkat kata, jadwal dan acara yang menyibukkan kita di hari-hari ramadhan seperti sudah siap tersedia, tinggal mengikutinya. Kita telah memprogram Ramadhan, bukan sebaliknya Ramadhan yang memprogram kita. Kita kemudian merekayasa "kesucian" ramadhan bukan Ramadhan yang menyucikan kita.


Tentu saja itu hanyalah gambaran umum. Selalu ada pengecualian pada gejala yang umum terjadi. Pastilah ada hamba-hamba yang kukuh bergeming, mencoba untuk melawan arus. Mereka yang memandang Ramadhan sebagai momen yang baik untuk mengharap ridhoNya. Menjadikan ramadhan sebagai anugrah Allah setelah selama sebelas bulan melakukan rutinitas yang seringkali jauh dari kepentingan diri baik spiritual ataupun emosional. Bagi mereka ramadhan bagaikan hadiah yang diberikan Allah berupa kesempatan untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri sebagai hamba dan khalifahNya. Bisa jadi mereka melihat fenomena keagaaman yang hadir saat bulan Ramadhan dengan kritis sehingga berupaya untuk paling tidak memilih untuk memulai dari diri sendiri saja.

Mereka berpuasa sebagaimana yang lain berpuasa. Mereka merasa bahwa bulan ramadhan adalah kesempatan yang paling baik untuk melakukan perenungan, terutama terhadap amal perbuatan mereka yang bersifat keagamaan. Apakah amal mereka murni hanya karna mengharap ridhoNya? atau jangan-jangan niatannya disusupi dengan kehendak nafsu yang tersembunyi? Mengapa dzikir dan bacaan Qur'an mereka mesti melengking-lengking yang acap kali "mengganggu" orang kalau memang itu diniatkan hanya semata karna Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat.

Akhirnya, di bulan Ramadhan ini, mereka berusaha seoptimal mungkin berpuasa dari hal-hal selain yang berkaitan dengan dambaan akan memperoleh ridhoNya.
Apakah kita termasuk mereka? ataukah... ahh.. mudah-mudahan tidak.. amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar