Sudah seminggu belakangan ini, media ramai menyajikan berita tentang demo besar-besar mahasiswa dalam rangka menolak RUU BHP yang telah disahkan oleh DPR baru-baru ini. Hampir di seluruh pelosok negeri diwarnai dengan aksi penolakan terhadap UU BHP. Mahasiswa seakan-akan marah akibat ulah pemerintah yang lagu-lagi dinilai sangat menyengsarakan rakyat.
Jelas, mahasiswa sebagai bagian yang akan merasakan akibat dari hadirnya undang-undang ini tidak akan tinggal diam. Mereka pun langsung hadir di garda depan menyuarakan penolakan terhadap UU ini. Demo besar-besaran pun tumbuh bak jamur di musim hujan. Mulai dari Sabang hingga Merauke, termasuk di Makassar, mahasiswa beramai-ramai mendatangi gedung wakil rakyat yang dinilai paling bertanggung jawab atas hal ini.
Betapa tidak, menurut mereka dengan lahirnya UU BHP ini akan lebih memberikan lampu hijau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengkomersialisasikan pendidikan. Sehingga, segala cara dapat dilakukan untuk meraup keuntungan dari mahasiswa dan akhirnya mahasiswa dijadikan komoditi dan tak mampu lagi mengakses pendidikan, terutama bagi mahasiswa yang termarginalkan.
Selain itu, menurut saya, langkah ini adalah sebuah ketidakpedulian pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan. Saya menilai, kebijakan pemerintah untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada pihak kampus merupakan sebuah tindakan lepas tangan dari tanggung jawab. Padahal seperti yang tertuang di UUD 1945 yang kita tahu bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memajukan pendidikan.
Kalo pemerintah mencoba mengajukan apologi bahwa hal ini untuk memicu kreativitas pihak kampus dalam proses mencari dana pendidikan, saya rasa itu cuman justifikasi. Malah menurut saya, dengan hal ini pihak kampus akan semena-mena menggunakan kekuasaannya dalam memanajemen kampus termasuk persoalan keuangan. Sehingga, mahasiswa bisa saja dijadikan komoditas untuk meraup keuntungan dan akhirnya lagi-lagi mahasiswa menjadi korban dari semua skenario pemerintah ini.
Saya teringat dengan lirik lagu bang Haji Rhoma Irama yang bunyinya kayak gini "yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin". Usulan saya kita tambah lagi lirik itu dengan kata bodoh jadi "yang miskin makin bodoh". Tapi, itupun kalo Rhoma Irama mau. Sudahlah.. Nampaknya ke depan hal ini akan terjadi di dunia pendidikan kita walaupun itu sudah terjadi hari ini sich.. Ya.. kita tunggu saja apa sikap pemerintah dalam merespon hal ini. Semoga aja mereka yang di gedong DPR sana bisa menjadi penyambung lidah aspirasi rakyat dan merasakan penderitaan orang miskin. Meskipun mereka tak pernah mau merasakannya. Yang jelas, kepada mahasiswa mari kita bersama-sama menolak segala bentuk penindasan, penjajahan, pembodohan dan ketidakadilan. Hidup Mahasiswa..!!!
salut buat awang .truz berkarya
BalasHapusthanks...
BalasHapus